Rasanya sudah
terlalu lama aku meninggalkan laptop, untung saja tidak sampai ada debu yang
bertumpuk. Aku juga merasa jari-jari ini menyimpan rindu dengan keyboard.
Hampir seminggu aku tak bergelut dengan hal yang begini. Makin hari memang
makin sibuk, tak ada waktuku untuk sekedar merebahkan diri di atas kasur pada
siang hari seperti yang biasa ku lakukan di hari-hari sebelum seminggu ini
berjalan. Sebenarnya aku juga bingung mau menulis tentang apa, ntah kenapa
beberapa hari ini pikiranku selalu tertuju padamu Yah, siapa sajalah yang
merasa. Ah, aku bingung mau menulis ini. Nanti ada yang kecewa lagi, dibahas
sampai ke bbm. Fiktif kah? Fiksi kah? Ah, sudahlah. Terserah kalian saja.
Hasrat bodoh itu
muncul saat aku sedang duduk menunggu dia, setengah jam aku duduk di cafe itu. Iya,
cafe yang kami janjikan dua hari sebelumnya. Kejenuhan menghampiri dan jariku
menggeser-geser trackpad handphone. Tiba-tiba aku mengklik pada icon twitter.
Ku lihat timeline tidak ada yang spesial. Dengan bodohnya aku mengetik
username-mu. Yah, tak ada niat untuk mencari yang spesial disana hanya sekedar
ingin tahu kegiatanmu saja. Ternyata, hari itu adalah hari jadi kamu dan
pacarmu ya? Aku lupa persisnya berapa bulan kalian. Segitu bodohnya aku,
melihat umbaran kemesraan kalian. Aku tau, aku dan kamu sudah tidak ada apa-apa
lagi. Tapi tak bisa dipungkir bahwa masih tersisa walaupun hanya beberapa
titik. Semuanya semakin terasa membiru saat aku melihat screencapture bbm mu ke
pacarmu hampir satu tahun yang lalu. Dan isinya hampir sama dengan smsmu
kepadaku lima tahun yang lalu. Makin terasa tak ada yang spesial. Akupun merasa
tidak spesial dulu, walaupun aku duluan yang kamu kirim kata-kata seperti itu,
aku duluan yang bisa mengisi hari-harimu, aku duluan yang tau rumahmu, semuanya
aku dulu lah baru dia. Tapi tetap saja, dia yang sekarang jadi yang spesial
untukmu, dia yang sekarang membuatmu tersenyum saat menerima pesan, dia yang
membuatmu semangat, dia yang selalu kamu beri kabar saat kamu membuka dan
menutup mata. Dia bukan aku.
Sebenarnya
penyesalan itu masih tergores dihati kenapa dulu aku melepaskan orang
sepertimu, memang konyol tapi aku jujur. Pada saat itu aku memang ingin sendiri
tapi kamu sepertinya tidak bisa sendiri. Begitu cepat kamu mendapat
pengganti. Dulu yang aku inginkan hanya
status yang berubah karena aku hanya ingin sendiri tapi mungkin kamu sudah
terlalu sakit jadi kamu benar-benar membuat semuanya berakhir. Aku memang bodoh
melepaskanmu dan mengharapkan kamu kembali padaku dengan utuh. Tapi semuanya
tidak akan pernah terjadi. Sudah dua tahun kita jalani masing-masing, kamu juga
terlihat nyaman-nyaman saja dengan ini. Jadi, tidak ada yang harus kita
perbaiki bukan? Toh, aku juga pernah berdoa “Jika ini jalan yang terbaik untuk
aku dan kamu biarkan semuanya seperti ini, tapi jika ini bukan yang terbaik
maka satukan kami seperti dulu”. Dan sampai sekarang semuany masih seperti ini.
Belum berubah atau tidak akan berubah? Sudahlah.. Aku memang bodoh.
Khayalanku akan
penyesalan dan kenangan itu terpecah saat dia datang. Membawa dua batang
cokelat kesukaanku. Senyum yang dia lemparkan kepadaku beberapa saat membuatku
kembali memikirkan dan mengingat senyummu. Dulu kamu yang datang dihadapanku
membawa cokelat itu. Dulu kamu yang sering telat dan membuatku menunggu
berjam-jam tapi sekarang tidak ada lagi kamu. Tidak ada lagi cokelat darimu.Ya, tidak ada lagi kamu walaupun perasaan itu masih ada.