RSS

Jumat, 04 Oktober 2013

cerpen - Aku dan Bayanganku


Sore itu ku tatap dia lekat-lekat, matanya lebab dan air masih mengalir deras dimatanya. Tak ada senyum yang biasa ku lihat setiap harinya. Kini aku menatap dia dalam-dalam dan mencoba merasakan apa yang dia rasakan. Derai air matanya makin deras ntah apa yang bisa membuatnya berhenti, yang aku takuti air itu kering. Kekecawaan yang mendalam terlihat jelas dari sorot matanya dari setiap tetes air yang tumpah pada kelopak matanya yang indah itu. Kini bibir manisnya hanya bisa menahan isak. Setiap alunan tangisnya seolah menjelaskan padaku betapa besar rasa kekecewaannya.

Ia menceritakan sedikt hal kepadaku tentang kisahnya, tentang kekecewaannya, tentang rasa sayangnya, dan tentang cintanya. Gadis itu mencoba mengangkat kepalanya dengan sangat tak berdaya. Baginya menunggu berapa lamapun akan dilalui. Dan tangisnya adalah tangis kebahagiaan dan kesedihan. Bahagia karena dia sempat dicintai dan mencintai orang yang memang ditunggu selama 5 tahun walau hanya dengan waktu 5 bulan. Bahagia karena orang itu telah mengajarinya, mengajari bahwa cinta itu harus diperjuangkan karena cinta itu perjuangan. Ntah berjuang dengan tangis, dengan tawa, ataupun dengan diam. Mungkin kali ini dia sedang berjuang dengan diam. Memperjuangkan rasa cintanya pada pria itu. Bahagia bisa mengisi hari-hari pria itu walau mulai sekarang dan seterusnya mungkin tidak. Bahagia bisa menggenggam tangannya saat itu, menatap matanya dengan sangat dalam, duduk berdua dengannya di halte, dan menghabiskan waktu bersama walau hanya beberapa jam. Itulah kebahagiaan yang didapat.

Sedih, mungkin karena kekecewaan yang cukup dibilang mendalam. Buat apa ada perjuangan kalau seharusnya tak diperjuangkan? Gadis itu tak suka air mata, benci dengan derita dan ingin selalu bahagia. Mungkin ada saatnya kesedihan dan kekecewaan ini berubah menjadi kebahagiaan dan kegembiraan. “Sedih tak mendapat kabar sejak itu, sedih semuanya berubah seketika, bahkan sebelum adanya ikatan aku dan dia baik-baik saja. Mengapa setelah ikatan itu hilang semuanya terasa sangat berbeda? Aku tak pernah menyesal pernah memilih dia”, ungkap gadis itu dengan terisak. Bagian putih pada bola matanya berubah menjadi agak kemerah-merahan. Mungkin matanya lelah mengeluarkan air begitu banyak. Aku masih mendengarkan ceritanya. Tentang sanjungan-sanjungannya terhadap pria itu. Tentang masa-masa indah mereka, tentang canda tawa mereka, tentang hal-hal yang mereka sering lakukan, sampai kekisah dimana semuanya berakhir.

Aku menatap matanya lekat-lekat, dia terdiam dan tersenyum lalu berkata,”Tuhan sayang sama aku dan dia, aku dukung semua yang dia lakuin demi kesuksesannya. Aku yakin semua ini yang terbaik untuk aku dan dia. Tuhan punya cerita baru untukku dan untuknya mungkin album memori tentang aku dan dia sudah penuh dan belum ada stock yang baru. Untuk saat ini aku masih menunggunya. Menunggu sesuatu yang tak pasti menjadi pasti. Aku yakin. Ini bukan akhir dari segalanya. Karena Tuhan sayang aku dan dia.”

Rintihan kata-katanya membuatku menangis, dan dia juga menangis. Apa yang aku lakukan pasti dia lakukan, apa yang dia katakana pasti ku katakan. Rasanya aku ingin memeluk erat gadis itu tapi tak bisa. Karena dia semu. Dia hanya bayangan dari aku pada sebuah cermin yang tergantung manis dikamar tidurku. Hanya dia yang mengerti aku dan hanya aku yang mengerti dia. Aku dan bayanganku.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright mmshabrinaa's 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .