Sore itu ku tatap dia lekat-lekat, matanya lebab dan air
masih mengalir deras dimatanya. Tak ada senyum yang biasa ku lihat setiap
harinya. Kini aku menatap dia dalam-dalam dan mencoba merasakan apa yang dia
rasakan. Derai air matanya makin deras ntah apa yang bisa membuatnya berhenti,
yang aku takuti air itu kering. Kekecawaan yang mendalam terlihat jelas dari
sorot matanya dari setiap tetes air yang tumpah pada kelopak matanya yang indah
itu. Kini bibir manisnya hanya bisa menahan isak. Setiap alunan tangisnya
seolah menjelaskan padaku betapa besar rasa kekecewaannya.
Ia menceritakan sedikt hal kepadaku tentang kisahnya,
tentang kekecewaannya, tentang rasa sayangnya, dan tentang cintanya. Gadis itu
mencoba mengangkat kepalanya dengan sangat tak berdaya. Baginya menunggu berapa
lamapun akan dilalui. Dan tangisnya adalah tangis kebahagiaan dan kesedihan.
Bahagia karena dia sempat dicintai dan mencintai orang yang memang ditunggu
selama 5 tahun walau hanya dengan waktu 5 bulan. Bahagia karena orang itu telah
mengajarinya, mengajari bahwa cinta itu harus diperjuangkan karena cinta itu
perjuangan. Ntah berjuang dengan tangis, dengan tawa, ataupun dengan diam.
Mungkin kali ini dia sedang berjuang dengan diam. Memperjuangkan rasa cintanya
pada pria itu. Bahagia bisa mengisi hari-hari pria itu walau mulai sekarang dan
seterusnya mungkin tidak. Bahagia bisa menggenggam tangannya saat itu, menatap
matanya dengan sangat dalam, duduk berdua dengannya di halte, dan menghabiskan
waktu bersama walau hanya beberapa jam. Itulah kebahagiaan yang didapat.
Sedih, mungkin karena kekecewaan yang cukup dibilang
mendalam. Buat apa ada perjuangan kalau seharusnya tak diperjuangkan? Gadis itu
tak suka air mata, benci dengan derita dan ingin selalu bahagia. Mungkin ada
saatnya kesedihan dan kekecewaan ini berubah menjadi kebahagiaan dan
kegembiraan. “Sedih tak mendapat kabar sejak itu, sedih semuanya berubah
seketika, bahkan sebelum adanya ikatan aku dan dia baik-baik saja. Mengapa
setelah ikatan itu hilang semuanya terasa sangat berbeda? Aku tak pernah
menyesal pernah memilih dia”, ungkap gadis itu dengan terisak. Bagian putih
pada bola matanya berubah menjadi agak kemerah-merahan. Mungkin matanya lelah
mengeluarkan air begitu banyak. Aku masih mendengarkan ceritanya. Tentang sanjungan-sanjungannya
terhadap pria itu. Tentang masa-masa indah mereka, tentang canda tawa mereka,
tentang hal-hal yang mereka sering lakukan, sampai kekisah dimana semuanya
berakhir.
Aku menatap matanya lekat-lekat, dia terdiam dan tersenyum
lalu berkata,”Tuhan sayang sama aku dan dia, aku dukung semua yang dia lakuin
demi kesuksesannya. Aku yakin semua ini yang terbaik untuk aku dan dia. Tuhan
punya cerita baru untukku dan untuknya mungkin album memori tentang aku dan dia
sudah penuh dan belum ada stock yang baru. Untuk saat ini aku masih
menunggunya. Menunggu sesuatu yang tak pasti menjadi pasti. Aku yakin. Ini
bukan akhir dari segalanya. Karena Tuhan sayang aku dan dia.”
Rintihan kata-katanya membuatku menangis, dan dia juga
menangis. Apa yang aku lakukan pasti dia lakukan, apa yang dia katakana pasti
ku katakan. Rasanya aku ingin memeluk erat gadis itu tapi tak bisa. Karena dia
semu. Dia hanya bayangan dari aku pada sebuah cermin yang tergantung manis
dikamar tidurku. Hanya dia yang mengerti aku dan hanya aku yang mengerti dia.
Aku dan bayanganku.
ada beberpa cerpen lagi loh, yuk diliat hehehe
cerpen - bintang malam
cerpen - aku, kamu dan dia
cerpen - semuanya berawal dari kekecewaan
cerpen - segenap rahasia
cerpen semuanya salahku
0 komentar:
Posting Komentar