Udara malam ini sedikit menusuk, jaket yang biasa ku pakai
untuk menghangatkan tubuhku setiap keluar malam nampaknya tak mampu membendung
dinginnya angin mala mini. Aku masih berjalan bersama dia, masih menggenggam
tangannya, dan masih dirangkul olehnya. Ragaku memang disini bersamanya. Namun
dalam hatiku sangat kacau. Keadaannya tak seenak yang ku bayangkan diawal. Aku tak
mengarapkan seperti ini tapi sudah terlanjur. Aku sudah terlanjur nyaman
bersamanya, mungkin dia juga. Aku sudah terlanjur membuatnya menaruh hati
padaku tapi aku masih ragu apa aku punya perasaan yang sama atau tidak
kepadanya.
Makin lama terasa makin dingin, kami berjalan tanpa
percakapan. Tanganku yang digenggam olehnya masih terasa membeku. Aku merasakan
jantungku berdebar dengan sangat cepat, ntah kenapa aku memikirkan kau disana.
Aku membayangkan kau yang selalu menjagaku, kau yang selalu menungguku, kau
yang selalu percaya kepadaku. Dan nyatanya aku? Aku tak bersamamu saat ini.
Handphoneku, yang biasa aku gunakan untuk memberi dan mendapatkan kabar
kepadamu sengaja aku non-aktifkan. Untuk menghindari pertengkaran kecil akibat
aku tak membalas pesanmu. Kalau kau protes kenapa handphoneku tak aktif aku
bisa bilang lowbat kan? Itu jawaban yang paling aman menurutku. Sungguh aku tak
pernah menyangka aku bisa segila ini.
Kejadian malam itu membuatku tak kunjung tidur hingga pukul
3 pagi, padahal aku ada ujian. Aku juga tak mengerti kenapa aku bisa segila
itu. Aku menahan semuanya. Aku memikirkan jalan keluar dari segalanya. Tapi aku
tak menemukannya, aku tak bisa melepaskanmu mungkin karena aku terlalu cinta
dan tak munafik memang kau yang paling ku sayang. Tapi aku tak bisa semudah itu
melepaskannya. Kami sudah telalu jauh, semuanya sudah terlanjur, semuanya sudah
dimulai dan tak mungkin diselesaikan secepat ini. Semuanya salahku, dan aku tak
bisa menyudahi semua ini.
tolonglah, kalian berdua jangan membuat aku berlari-lari mencari sebuah kepastian. Satu
sisi kau tak nyata buatku, kau begitu jauh dan kadang sibuk dengan urusanmu,
maaf maksudku kau banyak tugas sekolah disana. Sedangkan dia? Dia bisa dibilang
selalu ada untuk aku. Dia bisa membagi waktu untukku dan tugas-tugasnya. Yah,
aku mungkin lelah dengan jarak kita, tapi aku tak pernah lelah untuk
mencintaimu. Aku mungkin bahagia dan nyaman dengan dia yang berada didekatku
tapi aku sendiri bingung dengan perasaanku kepadanya.
Tuhan, jangan beri aku pilihan. Sungguh kau yang maha
mengerti perasaan dan watakku. Aku tak bisa memilih, aku butuh keduanya. Aku
tak bisa melepas salah satunya, tapi aku tak mau menyakiti mereka. Ketika cinta
berkata ya aku mencoba mengikuti namun ragu selalu menghampiri dan menyuruhku
untuk mempertimbangkan semuanya demi perasaan aku, kamu, dan dia.
Ada beberapa cerpen lagi nih, yuk dibuka hehehehe
cerpen - dimana cahaya terangkuAda beberapa cerpen lagi nih, yuk dibuka hehehehe
cerpen - sungguh ini terlalu lama
cerpen - bintang malam
cerpen - harapan pada sebuah balon
0 komentar:
Posting Komentar