RSS

Kamis, 26 September 2013

cerpen - Salahkah aku mencintai sahabat?

"Dalam gelap aku tak bisa melihat sebiru apa langit itu, Aku terlalu nyaman dengan rahasia ini. Aku menyelipkan perasaanku diantara keseharianku. Aku memilih sendiri. Menyepi. Membenci diri yang tak bisa jujur padamu. Sesungguhnya aku tak tahan lagi. Semakin besar kurasa jarak di antara kita. Kau semakin sulit ku gapai dengan atau tanpa sunyi di bibirku ini. Dan aku mulai bosan dengan gelap. Jenuh dengan segala rahasia, karenanya hari ini kuputuskan untuk berterus terang padamu. Bertanya dengan segenap keberanianku... Maukah kau bersamaku menikmati birunya hari ini?............................................"

"Sudah dapat?"  Sapa mu yang berhasil membuatku melepaskan pandangan dari sinopsis sebuah novel yang sedang berada manis di telapak tanganku. Kenapa kau muncul disaat aku sedang mencoba untuk membayangkan situasi pada sinopsis novel itu. Oh..

Kamu... Seseorang yang namanya sulit kuucap, mungkin karena aku menganggap kamu adalah rahasiaku. Seperti apa yang telah ku baca. Aku memang berusaha menyembunyikan segalanya, merahasiakan semuanya, yang sebenarnya itu "mungkin" bisa ku dapatkan.

Dalam Perjalanan pulang, masih seperti biasanya. Tanpa sapa. Tanpa kata. Dua roda yang kau gunakan untuk berpergian denganku dan kali ini akan mengantarkanku pulang. Roda itu tak ditemani suara dari orang yang menaikinya. Dingin. Tak, hangat. Kau dan aku. Dingin, beku, dan bisu. Kau memang menganggapku sahabat tapi apakah aku salah jika aku berharap lebih? Aku merasa orang paling bodoh karena menahan ini selama bertahun-tahun. Aku juga merasa tegar ketika kau berceloteh tentang kekasih hatimu. Kadang aku ingin menggenggam tanganmu seperti yang dilakukan dia padamu. Saat menatap keluar sambil mendengar kau bercerita aku sering melihat daun yang berguguran "mungkin" keadaannya sama dengan suasana hatiku. Bahkan terkadang aku bertanya dalam hati, kapan pohon ini tak berdaun. "mungkin" (lagi) bersamaan dengan saat itulah aku tidak bisa tegar (lagi) menahan ini.

Bukan sesekali kau memberi cerita bahwa pacarmu marah eh ngambek, karena kita dekat dan tiap kali itu juga aku merasa sakit karena kau selalu menyatakan bahwa kau telah menegaskan padanya kalau kita hanya "sahabat". Tak lebihkah kau menganggapku? setelah bertahun-tahun aku mendekatimu, bertahun pula kau hanya menganggapku itu? Salahkah aku mencintaimu? Aku "mungkin" tak akan pernah tahu kapan aku bisa memintamu untuk menikmati birunya hari tanpa merasa sepi, sunyi dan gelap lagi.


ada lagi nih, kesini yukk^^

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright mmshabrinaa's 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .