Tak seindah yang
dibayangkan dan semudah yang dipikirkan. Semuanya udah terlalu rumit dan
terbelit sampai-sampai aku bingung apa penyebab goyahnya pendirianku. Sudah
cukup lama memang terpendam dan kini meledak sudah timbunan egoku. Hingga kamu
pun mengatakan “Aku pengen kita itu kayak dulu aja, bukan kayak sekarang
sama-sama egois.”, aku tau persis nada bicara kamu walaupun itu hanya kata-kata
yang kamu tulis lewat blackberry messenger. Jelas aku tau, kita kenal sudah
hampir 8 Tahun yang lalu bukan? Dari kamu masih culun, lugu hingga menjadi
jagoan yang nakal seperti sekarang. Aku tau, bahkan ceritamu dengan mantanmu
saja aku tau apalagi Cuma sekedar nada dan gaya bicaramu. Aku banyak
menghabiskan untuk sekedar mendengar suaramu melalui telpon dan melihat wajahmu
melalui skype. Jadi aku hapal betul.
Sejak kemarin
kita memang gak baik-baik aja, banyak perbedaan yang menimbulkan perselisihan
hingga menjadi percekcokan. Aku yang terlalu ingin bebas dan kamu yang semakin
hari semakin posesif. Aku udah bilang ya, aku bukan anak SMA lagi yang semuanya
serba diatur. Temanku banyak, gak seharusnya kamu memperkecil lingkungan
sosialku. Kamu harusnya bisa percaya sama aku,
tapi nyatanya kamu malah gak kasih kepercayaan itu padahal seharusnya
aku yang gak percaya sama kamu tapi ini sebaliknya. Kamu memang aneh, disetiap
pertengkaran kita yang diawali dengan kesalahanmu kamu pasti cari-cari
kesalahan aku. Please kita itu bukan anak kecil, udah sama-sama dewasa jadi
jangan ginilah. Aku gak suka kamu kayak gini, kamu selalu cari pembelaan
alasannya kamu takut kehilangan aku. Klise. Semakin kamu ngekang aku, semakin
kamu posesif sama aku maka aku akan semakin jauh sama kamu dan ketakutan kamu
itu akan semakin besar karena aku gak akan mungkin betah sama sikapmu. Maaf ya.
Yaa, sejujurnya
aku masih sayang sama kamu. Tapi mungkin rasa sayang ini gak seperti dulu. Iya,
dulu. Mungkin kamu ngerasa kalo aku sekarang lebih cuek dan lebih gak peduli
sama kamu. Ya, tapi aku udah berusaha sebisa aku untuk jadi aku yang dulu.
Walaupun itu susah banget. Mungkin aku terlanjur kecewa dengan semuanya, aku
udah berusaha lupa dengan kejadian-kejadian itu dan aku lupa tapi rasa itu udah
terlanjur hilang, sayang itu udah terlanjur luntur. Aku memang masih sayang
kamu tapi rasanya kita gak bisa bertahan lebih lama. Aku Cuma gak mau nyakitin kamu
lebih lama dengan kebodohan dan keegoisanku selama ini. Aku yang ingin terlalu
bebas sedangkan kamu yang terlalu posesif. Aku dulu pernah bilang ke kamu “udahlah,
kita ini masing-masing aja. Yang penting kita sama-sama gak selingkuh”. Intinya
sih yang aku mau dari kata-kataku itu, ya kamu gapapa kok ngobrol sama
temen-temen kamu yang cewek aku juga gitu tapi masih dalam kewajaranlah. Dan
jangan selingkuh, saling percaya dan saling jaga kepercayaan. Nyatanya, gabisa.
Aku malah kayak anak kecil yang harus selalu kamu awasi. Aku gak suka. Maaf ya.
Cukup, mungkin
aku dan kamu udah sama-sama lelah. Kita butuh sesuatu yang baru. Kita butuh
sendiri, dan aku butuh tanpa kamu. Tanpa suara kamu, tanpa bbm kamu, tanpa sms
kamu, tanpa omelan kamu. Semoga aku bisa merasakan kehilangan kamu jadi aku
gakan nyia-nyiain kamu lagi. Aku sayang
sama kamu tapi aku mau kita temenan dulu aja ya. Maaf ya, aku salah.
ada lagi nih...
cerpen - selamat tinggal
cerpen - abadi seperti edelweis
cerpen - bintang malam
cerpen - harapan pada sebuah balon
ada lagi nih...
cerpen - selamat tinggal
cerpen - abadi seperti edelweis
cerpen - bintang malam
cerpen - harapan pada sebuah balon
0 komentar:
Posting Komentar