RSS

Senin, 15 Desember 2014

sebuah kebahagiaan



Dulu aku pernah mencintainya dengan sebuah kebahagiaan ditemani indahnya setangkai mawar merah yang diberikan pada hari jadi kami ke delapan belas. Tatapannya begitu lembut dengan kemeja yang hitam yang dikenakan sore itu. Mungkin dia ingin membuat sedikit kejutan pada hari jadi kami ke delapa belas ini, ditambah dengan masing-masing mempunyai waktu untuk hangout berdua, berbagi waktu bersama. Aku yang mendapat libur empat hari pada saat itu benar-benar memanfaatkan waktu dengannya. Makan malam yang indah menambah suasana romantis pada hari itu, ditambah adanya beberapa lagu yang mengiringi candle light dinner kami. Indah, tak ingin ku lupakan.

Esoknya semua berubah kemesraan itu sirna, hilang tanpa jejak. Yang ada hanya jeritan-jeritan melalui bbm. Mungkin karena orang ketiga yang selalu berusaha masuk ke celah-celah dinding cinta kami. Ataupun karena kami tak pandai memilih kunci untuk hati kami, sampai-sampai ada saja penyakit cinta yang mencoba merobohkan pondasi yang sudah bertahun kami bangun bersama. Sedikit demi sedikit pondasi itu goyah,mungkin sedikit retak dibagian bawahnya. Walau dari luar masih terlihat kokoh dan gagah. Namun itulah keadaan cinta kami. Mulai tergoyah.

Waktu terus berputar, bulanpun berganti. Sejak kesempatan itu aku mencoba menghindar darinya. Mencoba mencari kepingan yang retak ntah tersebar dimana dan mencoba menyusunnya utuh, tapi saat semuanya hampir sempurna dia kembali menghancurkannya. Hingga aku tak yakin aku akan bisa menyusun semuanya seperti semula atau akan tersisa beberapa. Pada dasarnya, kami sama-sama terluka. Kami sama-sama kecewa dan kami sama-sama mengalah. Sama-sama menahan emosi, sama-sama menahan ego. Semuanya kami lakukan karena kami sama-sama cinta.

Yang aku ingat sejak itu aku mengirimkan pesan-pesan kekecewaan kepadanya yang mungkin untuk beberapa saat tak bisa ku titipkan kepercayaan. Ku lontarkan kata-kata kasih sayang dan semangat untuknya, agar dia tak lelah memperjuangkan kami. Cukup lama dia mebalas pesan pada saat itu, ntahlah hal itu membuatku sedikit ragu akan usahanya. Untung saja saat itu dia memberikan alasan yang sedikit tepat, dia bilang dia baru saja ibadah. Tetap saja aku jadi agak ragu denganmu.

Semua sudah berlalu semua sudah selesai, tetapi cinta yang dulu bersama kebahagiaannya belum kembali pulang. Aku sangat merindukan cerita lalu saat aku bisa mendengar cerewetnya di telepon membaca pesannya hingga larut malam, menerima getar akibat PING!!! nya ratusan kali. Ahh, sunggu sebenarnya aku sungguh egois memaksakan semua agar seperti dulu. Aku tau semua itu sangat kecil terjadi, perubahan itu bukan hal yang mudah. Tapi aku selalu berharap akan semuanya, akan sebuah kebahagiaan, dan juga akan sebuh kedewasaan..

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright mmshabrinaa's 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .