RSS

Rabu, 17 Desember 2014

Merindukan Hal yang Semestinya Ku Rindukan

Sore itu saat burung-burung dalam perjalanan pulang ke rumahnya, aku masih saja duduk dipinggir tangga menatap langit biru dengan goresan awan yang berpadu warna jingga. Khayalanku terbang hingga ke pulau seberang, ke kampung halaman. Apa kabar tugu adipura di seberang sana? Apakah masih ramai saat malam hari? Pandanganku sudah mulai jauh, anganku sudah sampai di kota gajah. Hanya ragaku yang masih duduk termenenung menatap indahnya lukisan Tuhan.

Sudah 6 bulan berlalu, tak ku sangka semuanya lewat begitu saja. Kaki jadi kepala, kepala jadi kaki. Mulai berjalan dengan lengan dan kaki hingga mengguling menyusuri lapangan hitam sudah ku jalani. Berlari hingga kaki mati rasa, berlutut hingga kaki tak sanggup berdiri. Belajar hingga tertidur diam-diam di kelas. Susah sudah terlewati, indah belum tergambar hanya baru terbayang disanubari. Menunggu hari demi hari hanya menjadi kebosanan yang amat menggunung. Kebebasan adalah pengharapan yang luar biasa. Hanya saja belum pada waktu yang tepat.

Terselip rindu dalam tulisan ini, membayangkan senyum manis Mama, suara Papa, kejailan Gilang, kenyamanan kamarku. Iya, kamar yang bercat pink lembut ditemani dengan semua pernak pernik dengan paduan putih pink. Hordeng ungu, ditambah dengan beberapa furnitur kayu. Bunga hiasan anggrek dengan vas putih. Ditambah lemari hello kitty disudut kanan yang membuat kamar itu makin lucu. Ada juga rak sepatu pink, beserta beberapa miniatur sasuke kesayanganku.

Aku masih memandang jauh ke langit biru, mengamati gerak gerik burung-burung yang tak sabar ingin pulang bertemu keluarga, sedangkan aku disini hanya menunggu bel apel untuk makan malam. Kegiatan ini masih ku lakukan hingga nanti saatnya tiba, aku dan semua teman-temanku berdiri tegap dilapangan hitam dengan seragam PDU kebanggaan kami. Menanti detik sakral yang akan menjadi masa penglepasan kami, masa kejayaan kami dan masa kebebasan.

Tapi untuk sekarang, aku hanya bisa menahan air mata walaupun selalu gagar. Aku berdoa agar semuanya akan baik-baik saja. Ada satu hal yang selalu ku ucapkan dalam hatiku saat aku benar-benar merasa jenuh dan tak kuat menjalani semuanya “Ma, Pa... Semuanya bakal kakak lakuin disini. Demi banggain papa sama mama.. Demi melihat senyum bangga papa sama mama.. Mau sakit, mau sampsai nangis pun akan kakak lakuin ma, pa”. Seketika semangat akan muncul ditambah wajah Mama selalu hadir dengan senyum manisnya.. Wajah cantiknya membuat hati ini lega dan semua terasa ringan. Pesan-pesan papa selalu terngiang “Sabar ya kak, Papa tau kakak itu hebaat jadi kakak pasti kuat, kakak pasti bisa. Tapi tetep gak boleh sombong ya kak.. Ikutin aturan yang ada.”

Dan aku yakin dibalik anak yang hebat pasti ada orangtua yang hebat, dibalik kesuksesan anak pasti ada kesuksesan dan motivasi yang luar biasa dari orangtua. Aku bersyukur mempunyai mereka, berlian hatiku yang tak pernah lelah memotivasi sejak aku kecil hingga sekarang. Mama yang dulu mendidik mentalku hingga menjadi berani, papa yang selalu mengajariku untuk bersikap bijak dan adil. Mama memang keras tetapi dia adalah Ibu yang hebat. Luar biasa, kesabarannya tiada tara. Papa adalah superman, penyelamat kami. Papa selalu siap sedia menjaga mama dan anak-anaknya, dia penyejuk hati kami. Tak kalah pentingnya bagi hidupku adalah pria kecil yang selalu ku banggakan, Gilang. Dia adikku. Ketampanannya membuat gadis kecil banyak yang terpikat tapi jangan salah dia mempunyai kepribadian yang cool. Maklum saja anak bungsu yang diharapkan, sejak kecil orangtuaku selalu mengajari untuk saling berbagi dan saling menghargai hingga saat sekarang kami menjadi saudara yang kompak walau kadang kami ada cekcok sedikit. Semuanya adalah likaliku kehidupan yang sudah seharusnya terjadi.

Sore sudah berganti malam, tapi ku rasa perasaanku belum berganti. Masih seperti yang dulu. Masih sama, aku masih merindukan hal yang semestinya ku rindukan; Papa, Mama dan Gilang

Senin, 15 Desember 2014

sebuah kebahagiaan



Dulu aku pernah mencintainya dengan sebuah kebahagiaan ditemani indahnya setangkai mawar merah yang diberikan pada hari jadi kami ke delapan belas. Tatapannya begitu lembut dengan kemeja yang hitam yang dikenakan sore itu. Mungkin dia ingin membuat sedikit kejutan pada hari jadi kami ke delapa belas ini, ditambah dengan masing-masing mempunyai waktu untuk hangout berdua, berbagi waktu bersama. Aku yang mendapat libur empat hari pada saat itu benar-benar memanfaatkan waktu dengannya. Makan malam yang indah menambah suasana romantis pada hari itu, ditambah adanya beberapa lagu yang mengiringi candle light dinner kami. Indah, tak ingin ku lupakan.

Esoknya semua berubah kemesraan itu sirna, hilang tanpa jejak. Yang ada hanya jeritan-jeritan melalui bbm. Mungkin karena orang ketiga yang selalu berusaha masuk ke celah-celah dinding cinta kami. Ataupun karena kami tak pandai memilih kunci untuk hati kami, sampai-sampai ada saja penyakit cinta yang mencoba merobohkan pondasi yang sudah bertahun kami bangun bersama. Sedikit demi sedikit pondasi itu goyah,mungkin sedikit retak dibagian bawahnya. Walau dari luar masih terlihat kokoh dan gagah. Namun itulah keadaan cinta kami. Mulai tergoyah.

Waktu terus berputar, bulanpun berganti. Sejak kesempatan itu aku mencoba menghindar darinya. Mencoba mencari kepingan yang retak ntah tersebar dimana dan mencoba menyusunnya utuh, tapi saat semuanya hampir sempurna dia kembali menghancurkannya. Hingga aku tak yakin aku akan bisa menyusun semuanya seperti semula atau akan tersisa beberapa. Pada dasarnya, kami sama-sama terluka. Kami sama-sama kecewa dan kami sama-sama mengalah. Sama-sama menahan emosi, sama-sama menahan ego. Semuanya kami lakukan karena kami sama-sama cinta.

Yang aku ingat sejak itu aku mengirimkan pesan-pesan kekecewaan kepadanya yang mungkin untuk beberapa saat tak bisa ku titipkan kepercayaan. Ku lontarkan kata-kata kasih sayang dan semangat untuknya, agar dia tak lelah memperjuangkan kami. Cukup lama dia mebalas pesan pada saat itu, ntahlah hal itu membuatku sedikit ragu akan usahanya. Untung saja saat itu dia memberikan alasan yang sedikit tepat, dia bilang dia baru saja ibadah. Tetap saja aku jadi agak ragu denganmu.

Semua sudah berlalu semua sudah selesai, tetapi cinta yang dulu bersama kebahagiaannya belum kembali pulang. Aku sangat merindukan cerita lalu saat aku bisa mendengar cerewetnya di telepon membaca pesannya hingga larut malam, menerima getar akibat PING!!! nya ratusan kali. Ahh, sunggu sebenarnya aku sungguh egois memaksakan semua agar seperti dulu. Aku tau semua itu sangat kecil terjadi, perubahan itu bukan hal yang mudah. Tapi aku selalu berharap akan semuanya, akan sebuah kebahagiaan, dan juga akan sebuh kedewasaan..

Senin, 08 Desember 2014

Terlanjur Terbongkar


Gadis itu hanya mampu bersenandung kecil dengan tetesan air yang tak terasa membasahi  handphonenya. Teringat kejadian di daerah istimewa yang membongkar kebohongan. Pertemuan itu bukan pertemuan yang pertama tetapi ntah akan menjadi yang terakhir atau tidak. Rasanya sulit mengembalikan gelas kaca yang kepalang jatuh, sudah terlanjur pecah. Ah, semuanya sudah terlambat, semuanya sudah terjadi. Dan tak mungkin dikembalikan utuh kembali.

Pertemuan terlarang yang dilakukan kekasihnya terbongkar sudah. Berawal dari pesan singkat yang di terima di handphone kekasihnya dan mantan sejoli itu membuat janji untuk bernostalgia. Tak akan seperih ini jika tak ada kebohongan. Ditambah pertemuan itu layaknya sepasang kekasih. Hancur, sudah pasti. Tapi sudah terlanjur, sudah terjadi. Tak ada yang bisa mengembalikan abu menjadi kayu. Abu hanya bisa beterbangan terbawa angin dan hanyut tersiram hujan. Tak ada penyesalan, hanya ada bibir yang diam membisu ditemanni aliran sungai dipipi yang mrngalir cukup deras. Mencintai adalah pilihan, disakiti adalah resiko. Ya, resiko dari pilihan tersebut maka harus menerima untuk disakiti.

Waktu terus berputar tak terasa air matanya hampir habis, jempolnya pun sudah mulai lelah membalas BBM dari sahabatnya dan kakaknyayang menanyakan permasalahan cintanya. Perlahan matanya terpejam sejenak beristirahat melupakan masalah yang mengejutkan. Berharap semua akan berubah dengan seketika saar dia membuka mata.

Esoknya, gadis itu berputar mengitari GSP UGM. Dari kejauhan terlihat kalau dia tak sendiri disana, ada yang menemaninya berlari.  Tatapannya penuh kekecewaan walaupun senyum dan tawa masih bisa menipu seeorang pria yang disampingnya, seolah dia baik-baik saja. Sesekali terdengar luapan amarah dengan omelan kecil dari obrolan mereka.  Pria itu adalah kekasihnya. Mungkin itu adalah cara mereka untuk menyelesaikan masalah.

Kejadian ini memang menjadi peretak hubungan mereka, terkikisnya kepercayaan, hilangnya rasa nyaman. Belum bisa ditebak bagaimana akhir dari kisah cinta gadis itu. Saat-saat inilah adalah detik-detik dimana dia tenggelam dalam lautan airmata dan perihnya cinta. Kebohongan itu membuatnya terperosok hingga sulit untuk bangkit. Hanya tinggal waktu yang menjawab dan memberi keputusan untuk gadis itu dan kekasihnya.

 
Copyright mmshabrinaa's 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .