Aku pernah mencintaimu dengan sakit, aku pernah mencintaimu sampai perih, aku pernah mencintaimu dengan tulus, bahkan aku pernah mencintaimu dengan kebohongan. Semuanya ku rasakan saat mencintaimu, saat aku bersamamu, saat kau didekatku dan menjadi milikku. Kau selalu member pelangi dalam hari-hariku yang awal mulanya tak begitu memiliki banyak warna, kau goreskan dengan lembut tinta yang kau milikki pada kalbuku hingga aku terbuai dengan suatu keindahan yang biasa kau sebut cinta. Jauh aku melihat sorot matamu siang itu aku hanya bisa bergumam dalam hati. Dan mungkin hanya Tuhan dan aku yang tau makna yang tersirat dari sorot mataku yang menatap mata cokelatmu siang itu.. Aku berkata pada-Nya yang Maha Segala-galanya, “Terimakasih atas segala keindahan yang kau berikan padaku dan kebahagiaan yang kau berikan untukku siang ini, aku tak berharap lebih untuk melihat sorot mata kekasihku untuk lain waktu karena dia terlalu jauh dan kami terlalu sulit bersatu.” Saat itu kau melontarkan pertanyaan yang membuatku hanya bisa melempar senyum kearahmu, “kok diem sih?”. Semuanya begitu cepat, kini kamu sudah jauh disana aku hanya bisa melihat wajahmu lewat layar laptop tanpa bisa menatapmu dekat.
Semuanya kita selesaikan disini, kamu masih ingat saat kita
menangis bersama membuat sebuah kejujuran yang mungkin menyakitkan satu sama
lain, khususnya aku. Bahkan menatap indah mata teduhmu pun aku tak sanggup saat
itu, aku hanya terpejam dalam tangis dan mengatakan segalanya padamu,
mendengarkan segala kejujuranm, dan menyelesaikan masalah kita. Dibalik masalah
yang sudah selesai masih ada masalah dengan dirinya yang mungkin tak akan
pernah usai, karena keegoisannya dan kesalahanmu dahulu. Aku tahu kamu sayang,
aku percaya kamu sayang, aku cinta kamu sayang. Tapi izinkanlah aku melepasmu
untuk kebahagiaannya sesaat, aku masih bersamamu dan kamu masih milikku. Aku
hanya ingin janji yang kau ucapkan padanya kau penuhi hingga dia puas dan
merasakan semuanya. Aku takan lelah menunggu karena sejak dulu aku memang
selalu menunggumu, menunggumu member kabar disaat kau menyukai orang lain. Iya,
dia orangnya. Dia yang selalu membawa diriku dalam hubunganmu dan dia, takkah
dia sadari harusnya aku yang lebih merasa disakiti karena dia kau
meninggalkanku? Harusnya dia lebih bahagia karena kau memutuskan hubunganmu
dengannya dalam keadaan kau memang masih sangat mencintainya, kau memang sudah
sayang sangat dengannya. Bukan seperti aku, yang kabarkupun tak kau balas
bahkan kau tak memberiku kabar saat kau pulang ke rumah dahulu, dan kenyataan
pahit memang harus ku terima bahwa kau saat itu tak mencintaiku lagi dan tak
ada rasa sayang sedikitpun yang tersisa untukku saat itu karena dia telah
datang dalam hidupmu.
Aku yang menunggumu sejak bulan satu hingga bulan Sembilan tepatnya
lima tahun yang lalu. Aku merasa bodoh setelah tau kenyataan, bahwa kau telah
bersama orang lain sejak bulan ketiga. Aku memang mencintaimu dengan sakit
hingga perih, mencintaimu dengan tulus hingga menjadi sebuah kebohongan. Tapi
semuanya sudah terlambat semuanya sudah hancur dan aku memang mencoba untuk
memperbaiki dan tak mengingat semuanya. Lambat laun semuanya membaik dengan
sendirinya walau aku selalu bertanya-tanya tapi aku bersyukur pertemuan kita
menyelesaikan segala rasa penasaran kita tentang kisah lalu. Kita tau semuanya
telah selesai, namun dia selalu membuat masalah itu tak selesai. Aku memang
bukan dia dan dia bukan aku. Saat ini aku hanya mempertanyakan perasaan
kekasihnya, sungguhlah kuat ia bertahan dengan pujaan yang memuja orang lain? Yang
masih merindukan orang yang pernah singgah dihatinya serta menagih janji yang
sudah lalu? Tak habis pikir, jika kau memenuhi janjimu saat ini apalah jalan
yang akan dia lalui? Memutuskan kekasihnya yang sudah begitu sabar dengan
tingkahnya bagai psikopat? Ataukah dia akan menolakmu? Jika dia menolakmu,
mengapa dia masih melakukan hal bodoh untuk menagih janjimu dulu?
Untuk saat ini, aku sangat bersyukur atas segala kebesaran
Tuhan yang memberikan kebahagiaan yang lebih disetiap hariku. Semua rasa sakit
ku dulu yang begitu menusuk ku anggap sebagai coklat pahit yang menjadi
kesukaanku sekarang. Dan aku mampu menatap panasnya matahari sekrang, melihat
indahnya pelangi setelah deras dan dinginnya hujan. Aku sekarang pula sudah
bersamamu lagi, dengan senyummu, candamu, tawamu, marah dan ngambekmu. Aku yang
terpisah pulau dengan kalia berdua hanya bisa berharap dan memohon padanya dari
kejauhan agar dia tak mejadi penghalang kisah kita yang sudah kita coba bangun
kembali dengan susah payah setelah tragedi kamu bertemu dengannya dulu. Semoga
dia bisa mencari kebahagiaannya sendiri dan janganlah pernah dia mengusik kita
lagi. Karena aku tak pernah mengganggu kamu dan dia dulu. Aku harap dia juga
bisa memikirkan perasaan kekasihnya yang selalu diganggu dengan bayangan kamu,
iya kamu. Kekasihku. Karena dia sering membuatmu memjadi buah bibirnya. Sungguh
semuanya sudah terlanjur, aku tak ingin menyalahkan siapa-siapa. Tapi aku
berharap kau bisa belajar menerima kenyataan yang ada dan belajar menerima
kepahitan. Anggaplah pahit itu adalah sebuah coklat. Dimana semakin pahit
coklat maka akan semakin mahal pula harganya. Semoga dia bisa mundur perlahan
dari kehidupan kita karena sungguh sebagai wanita aku tak rela jika dia tetap
bertahan dan dia tetap merasakan sakit yang mungkin berlebih. Semuanya akan
terjadi karena aku dan kamu sudah terlanjur saling mencinta sejak dulu.
Maafkanlah cinta kami.
0 komentar:
Posting Komentar