RSS

Selasa, 17 Desember 2013

cerpen - aku dan kamu

Kejadian sore itu masih ku ingat jelas, aku turun dari mobil yang pasti kau kenal. Dengan penuh ragu aku melangkah kesana. Ku yakin kau tidak tahu kalau aku benar-benar nervous untuk turun, jantungku berdebar dengan cepat, sungguh aku ingin pulang rasanya. Aku memberanikan diri melangkah kesana, tetapi tidak ke arahmu. Aku yang pura-pura tidak melihat dirimu berusaha mengalihkan pandangan kemanapun agar mata ini tak tertuju padamu. Tak perih dan tak pedih namun aku melihat sesuatu yang berbeda dari sosok mu yangdulu pernah mengisi celah hati ini. Ya, yang berdiri disebelahmu,yang kau pegang bahunya, yang kau ajak bicara dan membuat tawa renyahmu terpecah bukan lagi aku. Dia, dia yang mungkin bisa dikatakan menjadi penggantiku untuk sebuah tempat kosong disana.

Badanku dingin, ntah penyakit apa yang mendadak ku derita. Dan serasa semuanya bertambah kacau ketika ku lihat dari ekor mataku bahwa kau dengan berani melangkah ke arahku. Dalam hatiku mengumpat dirimu dengan segala ucapan yang tidak karuan. Tak tahu kah kau kalau aku sedang menghindari dirimu? Cukup membuatku galau melihat kau bersama dia didepan mataku. Aku menghampiri dengan melontarkan beberapa pertanyaan kepadaku, aku menjawab seadanya dengan senyum tapi sesekali mata ini menuju ke arah kekasihmu. Aku hanya khawatir percakapan kita yang tidak seberapa akan merusak hubunganmu dengannya yang sudah beberapa kali putus bukan? Aku tahu kenapa kau putus, konyol hahaha… Yang aku heran, kenapa kau masih menyimpan fotoku? Padahal dulu, saat aku ingin kembali padamu responmu begitu kaku dan seakan tak mau aku masuk lagi dalam hidupmu tapi sudahlah semuanya sudah berlalu.

Bisa dibilang aku sedikit berat meninggalkanmu tapi demi secercah ilmu aku beranjak dari tempat percakapan kita, aku meninggalkanm tanpa kata. Aku langsung saja melenggang tanpa beban dan focus pada materi, setelah 2 jam aku belajar biologi aku keluar dengan wajah cerah dan berniat untuk pulang. Tetapi melihat suatu hal dengan radius sekitar 10 meter aku sedikit melambatkan langkahku dan mencoba menebar senyum yang lebih agar apa yang ku rasakan tak terlihat. Kamu disana yang melihatku datang ke arahmu memberikan reaksi yang mengejutkan dengan wajahmu yang berubah kaku dan senyummu yang menadakan kau kaget dan kebingungan saat aku melihat jari-jari kekasihmu mendarat dipipimu yang dulu selalu ku sentuh.  

Aku hanya berjalan tanpa menengok ke arahmu, seolah tak melihat kejadian itu. Kecewa tidak, sakit tidak. Tapi tontonan itu membuatku sadar kalau kita sudah tak ada apa-apa lagi sejak lebih dari setahun yang lalu. Dan semuanya aku yang memutuskan karena aku lebih memilih kekasihku yang sekarang dari pada kamu. Maaf atas segala keegoisanku, tapi mungkin ini lebih baik dari segalanya. Aku selalu bilang dulu saat  kita bru putus kepada teman-temanku,”doain aja kalo ini yang terbaik ya gua sama dia tetep gini, tapi kalo ini bukan yang terbaik ya mungkin bakal balik lagi”. Dan setahun berlalu aku sudah mendapatkan jawaban bahwa inilah yang terbaik. Kau dengan yang sekarang dan aku dengan pilihanku.

cerpen - kamu memang menyebalkan

Ntah apa yang membuatku membuka netbook dan mengetik ini, jari-jariku yang berinisiatif untuk melakukan semuanya. Sudah lebih dari sejam sejak pertengkaran kita. Mungkin kau anggap ini hanya masalah biasa, seperti biasanya aku ngambek ke kamu. Tapi ku rasa tidak, aku sudah lelah dengan keegoisanmu, aku sudah mencoba mengikuti semua inginmu. Nyatanya kata-katamu akhir-akhir ini selalu menyakitiku. Dengan sikapku yang cuek kamu malah makin cuek dan gak peduli. Aku gak mau kamu cuekin gitu, aku bisa memilih pergi daripada kamu begitu kepadaku. Dasar cowok selalu saja bikin ulah yang menyebalkan.

Mungkin aku terlalu cengeng baru saja kau bilang begitu airmataku sudah menetes, aku juga tak mengerti kenapa aku selembut hari ini. Tapi kau juga sedikit aneh akhir-akhir ini, kadang kau membentakku walau itu lewat pesan singkat. Dasar menyebalkan!!! Aku benci sikapmu, benci dengan segala kekasaranmu. Aku juga bisa kalau kamu mau. Kamu jangan gitu dong, seenaknya, semaunya saja. Sudahlah pertemuan itu ditunda saja. Aku muak, saat ini aku terlalu kesal padamu. Rasanya aku ingin mengutukmu jadi kelinci eh jangan ah nanti kamu jadi playboy, aku kutuk jadi kucing saja eh jangan kucing itu berisik suaranya. Hmm, jadi burung aja deh. Terus aku masukin ke sangkar emas biar kamu gak bisa kemana-kemana.

Kamu itu terlalu meremehkan. Mentang-mentang kamu seorang pria kamu pikir kamu bisa seenaknya saja bicara. Halah, dari dulu kamu memang begitu tak peduli dengan perasaan orang. Kalau aku bilang semua cowok sama aja juga enggak, kalo aku bilang tiap cowok beda juga enggak. Aku bingung mendeskripsikan kamu yang sungguh menyebalkan menurutku. Ntahlah, gara-gara kamu aku sudah buat satu orang lagi kesal denganku. Tapi sudahlah semuanya sudah terjadi jadi mau diapakan lagi, iya tidak?

Sudah dua jam aku menulis ini, tapi tak juga tumpah semua unek-unekku kepadamu. Aku bingung bagaimana merangkai kata untuk menuliskan rasa kesalku kepadamu yang sudah menggunung. Kamu itu memang orang yang paling membuatku pusing. Maunya apa sikapnya bagaimana sifatnya seperti apa. Huh, aku heran kenapa Tuhan menitipkan sejuta sayangnya kepadaku untuk diberikan untuk cowok yang menyebalkan seperti kamu ya?! Ah, Walaupun kamu menyebalkan aku tetep sayang sama kamu.

Minggu, 15 Desember 2013

Cerpen - Apa cuma karena jarak? (Cerpen LDR)


Sorot mata itu masih jelas terbayang, tak hilang. Semakin aku merasa kehilangan akan kepergianmu, maka semakin jelaslah baying-bayang wajah dan tatapmu dulu. Kau yang selalu mengirim ribuan puisi untukku mengantar tidurku, yang selalu memberikan mawar merah pada tanggal jadian kita kini memilih untuk menghindari tantangan dari Tuhan. Aku tau, aku mengerti dan aku coba memahami keadaan kita yang berbeda. Kau yang harus pindah pulau dan berpisah denganku karena kau ikut orangtuamu. Tapi apa semudah itu kau buang cinta kita? Setelah segala janji terucap dari bibir kita? Setelah kau berikan jari kelingkingmu untuk sebuah ikatan cinta yang kita ucap? Bagaimana dengan kecupan manismu dikeningku saat aku berulang tahun ke 17 tepatnya 2 tahun yang lalu?

Aku yang kini sendiri menatap puing-puing kenangan, tak habis piker kenapa kau sepesimis itu akan cinta kita? Kenapa kau memutuskan untuk semuanya di akiri? Jika sebenarnya itu tak pantas untuk berakhir, aku tau, pulau dewata terlalu jauh dengan pulau gajah. Tapi tak juga kau melampaui Tuhan kan? Atau kau sudah mendapatkan kecupan yang lebih manis daripada bibirku hingga kau memutuskan untuk memilih cintanya dari pada aku?

Kini aku berjalan melawan derasnya hujan, mungkin tak ada yang tahu sesulit apa hati ini melepasmu. Tak ada lagi yang menghangatkanku saat hujan, memelukku dengan manja mengecup kening dan pipiku setelah aku dihujani air ini. Fotomu masih lengkap di memori handphoneku, foto kita. Fotomu saat memelukku, saat mencium tanganku, semuanya masih ku simpan.. Sudahkah kau menghapus semuanya dari handphone – mu? Secepat itu kah?

Ayolah, tolong jelaskan lagi padaku kenapa kamu mengambil keputusan sebodoh ini? Aku harap saat aku telah berhasil menghapus bayangmu dari anganku kau takkan pernah kembali dan menggangguku dengan yang baru, seperti saat dulu kau datang disaat aku sudah mencintainya. Bagiku, jarak akan ku tempuh jika kau masih mau memperjuangkan cinta kita. Aku masih menunggumu, semampuku. Menunggu kepastian darimua, akankah kau merajut kasih lagi denganku, memberi kecupan hangatmu dan menjadi teman tiap aku bermimpi.

Ingat, aku menunggumu semampuku. Aku tak apa dengan jarak asal aku tak menyakitiku disana. Tapi jika kau sudah ada penggantiku biarkanlah dia membahagiakanmu dengan segenap cintanya. Jangan pernah tinggalkan dia hanya karena sebuah jarak dari pulau ke pulau.
 
Copyright mmshabrinaa's 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .