Kejadian sore itu masih ku ingat jelas, aku turun dari mobil
yang pasti kau kenal. Dengan penuh ragu aku melangkah kesana. Ku yakin kau
tidak tahu kalau aku benar-benar nervous untuk turun, jantungku berdebar dengan
cepat, sungguh aku ingin pulang rasanya. Aku memberanikan diri melangkah
kesana, tetapi tidak ke arahmu. Aku yang pura-pura tidak melihat dirimu
berusaha mengalihkan pandangan kemanapun agar mata ini tak tertuju padamu. Tak
perih dan tak pedih namun aku melihat sesuatu yang berbeda dari sosok mu
yangdulu pernah mengisi celah hati ini. Ya, yang berdiri disebelahmu,yang kau
pegang bahunya, yang kau ajak bicara dan membuat tawa renyahmu terpecah bukan
lagi aku. Dia, dia yang mungkin bisa dikatakan menjadi penggantiku untuk sebuah
tempat kosong disana.
Badanku dingin, ntah penyakit apa yang mendadak ku derita.
Dan serasa semuanya bertambah kacau ketika ku lihat dari ekor mataku bahwa kau
dengan berani melangkah ke arahku. Dalam hatiku mengumpat dirimu dengan segala
ucapan yang tidak karuan. Tak tahu kah kau kalau aku sedang menghindari dirimu?
Cukup membuatku galau melihat kau bersama dia didepan mataku. Aku menghampiri
dengan melontarkan beberapa pertanyaan kepadaku, aku menjawab seadanya dengan
senyum tapi sesekali mata ini menuju ke arah kekasihmu. Aku hanya khawatir
percakapan kita yang tidak seberapa akan merusak hubunganmu dengannya yang
sudah beberapa kali putus bukan? Aku tahu kenapa kau putus, konyol hahaha… Yang
aku heran, kenapa kau masih menyimpan fotoku? Padahal dulu, saat aku ingin kembali
padamu responmu begitu kaku dan seakan tak mau aku masuk lagi dalam hidupmu
tapi sudahlah semuanya sudah berlalu.
Bisa dibilang aku sedikit berat meninggalkanmu tapi demi
secercah ilmu aku beranjak dari tempat percakapan kita, aku meninggalkanm tanpa
kata. Aku langsung saja melenggang tanpa beban dan focus pada materi, setelah 2
jam aku belajar biologi aku keluar dengan wajah cerah dan berniat untuk pulang.
Tetapi melihat suatu hal dengan radius sekitar 10 meter aku sedikit melambatkan
langkahku dan mencoba menebar senyum yang lebih agar apa yang ku rasakan tak
terlihat. Kamu disana yang melihatku datang ke arahmu memberikan reaksi yang
mengejutkan dengan wajahmu yang berubah kaku dan senyummu yang menadakan kau
kaget dan kebingungan saat aku melihat jari-jari kekasihmu mendarat dipipimu
yang dulu selalu ku sentuh.
Aku hanya berjalan tanpa menengok ke arahmu, seolah tak
melihat kejadian itu. Kecewa tidak, sakit tidak. Tapi tontonan itu membuatku
sadar kalau kita sudah tak ada apa-apa lagi sejak lebih dari setahun yang lalu.
Dan semuanya aku yang memutuskan karena aku lebih memilih kekasihku yang
sekarang dari pada kamu. Maaf atas segala keegoisanku, tapi mungkin ini lebih
baik dari segalanya. Aku selalu bilang dulu saat kita bru putus kepada teman-temanku,”doain
aja kalo ini yang terbaik ya gua sama dia tetep gini, tapi kalo ini bukan yang
terbaik ya mungkin bakal balik lagi”. Dan setahun berlalu aku sudah mendapatkan
jawaban bahwa inilah yang terbaik. Kau dengan yang sekarang dan aku dengan
pilihanku.